Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2022

KIAMATKAN KESADARANMU

Gambar
Kiamatkan Kesadaranmu Oleh : Tikno Adi Tidak ada yang baru, meskipun hari berganti, bulan berganti dan tahun berganti. Tidak ada yang baru jika jiwamu masih dalam kegelapan. Cara pandangmu, cara berfikirmu jika masih dikuasai ego nafsumu.Tidak ada yang baru jika dualitas masih memperbudak jalan fikiranmu. Jika persepsimu masih berkutat pada benar-salah, baik-buruk, suka-benci. Justru kegelapan kau lindih dengan kegelapan. Kian gelap dan pekat. Dirimu akan menjadi baru dan menjadi manusia yang setiap saat terlahir kembali jika mampu menghijrahkan diri dari kegelapan menuju cahaya dan menjadikan dirimu cahaya. Kiamatkan Kesadaranmu, bangkitkan kesejatian dirimu. Dirimu adalah bagian diriNya dan kepanjangan tanganNya untuk menebarkan cahaya Cinta dan Kasih SayangNya.Yang menyinari dirimu, jiwamu, yang akan memancarkan cahaya bagi semesta yang mewujud menjadi cahaya kebijaksanaan, kearifan kepada apapun dan siapapun tanpa muatan.  Kiamatkan dirimu, hancurkan gunung-gunung keegoisan dan fik

TUJUAN DAN ARTI HIDUP

Gambar
Tujuan Dan Arti Hidup Oleh : Tikno Adi      Manusia yang berkesadaran adalah manusia yang selalu terkoneksi dengan Yang Maha Ada yang selalu meliputi semesta tidak terkecuali dirinya. Dzat Yang Pengasih dan Penyayang yang selalu memberikan cinta-Nya tanpa muatan apapun dan tanpa pandang bulu. Maka sungguh ironis jika ada orang yang melakukan sesuatu tanpa kesadaran. Jiwa dan hidupnya hanya menjadi budak fkiran gelapnya atau egonya sehingga tidak memiliki tujuan hidup dan tidak pernah mengerti apa itu arti hidup.       Dalam kesempatan yang penuh berkah ini saya mencoba mengangkat satu firman Allah SWT sebagai landasan berfikir kita agar tetap fokus dan tidak kemana-mana. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَا لَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ  "Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 21)    

TITIK AWAL MUSLIM

Gambar
TITIK AWAL MUSLIM Oleh : Tikno Adi      Pada tulisan terdahulu telah dibahas titik awal beriman. Untuk dapat memenuhi panggilan Allah SWT “Hai! Orang-orang yang beriman” tentu saja kepada orang-orang yang benar-benar beriman, bukan sekedar orang yang mengaku saja. Tulisan saya kali ini tetap merujuk pada QS. 3 : 102 sebagai landasan berfikir karena di akhir ayat ditutup dengan “jangan kalian mati kecuali kalian menjadi muslim”. Pertanyaan kritisnya, sejak kapan titik awal kita sebagai muslim? Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 102)      Secara syariat orang dikatakan muslim ketika sudah berikrar dua kalimat syahadat. Sebuah bentuk kesaksian bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Nabi Muhammad adalah

TITIK AWAL IMAN

Gambar
TITIK AWAL IMAN Oleh : Tikno Adi     Kita sering mendengar sebuah narasi "menjadi muslim yang bertakwa". Ada lagi " menjadi muslim yang taat". Sepintas seperti tidak ada yang janggal dari kalimat ini. Sementara jika kita sedikit kritis, ada sesuatu yang kurang nyaman untuk didengar. Apabila disebut muslim secara otomatis sudah bertakwa karena sikap dan perilaku takwa merupakan cerminan seorang muslim. Demikian juga dengan muslim yang taat. Yang namanya muslim sudah barang tentu taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Arti muslim adalah orang yang berserah diri. Apa yang saya sampaikan hanya normatif sedangkan untuk memberikan predikat muslim itu Allah sendiri dan diri kita sendiri yang mengetahui apakah kita benar-benar seorang muslim. Mari kita cermati QS. 3 : 102. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ "Wahai orang-orang y

MANISNYA IMAN

Gambar
  MANISNYA IMAN Oleh : Tikno Adi      Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari menyatakan: عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ(رواه البخاري) Artinya: Dari Anas bin Malik (90 H) dari Nabi saw, beliau bersabda, “Tiga perkara yang apabila ada pada seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman : Menjadikannya Allah dan rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali untuk Allah, dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka” (HR. Bukhori )      Untuk merasakan manisnya iman tentu yang harus dimiliki iman itu sendiri. Mana mungkin orang bisa me

Sehat Jiwa berdampak pada sehat jasmani

Gambar
 Sehat Jiwa berdampak pada sehat jasmani Oleh : Tikno Adi       Kalau kita mengenang kembali masa-masa kecil, generasi yang lahir tahun enam puluhan, kita masih mengalami kehidupan yang alami. Kehidupan dalam suasana desa yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan. Semua serba manual dan tradisional. Dari aspek ekonomi memang tergolong MBR, istilah sekarang. Masyarakat yang berpenghasilan rendah tetapi kehidupan terasa damai. Saling asah, saling asih, saling asih. Rumah masih banyak yang terbuat dari bambu. Ketika mendirikan rumah dengan bergotong royong. Suasana alam yang masih hijau tidak banyak polusi dan yang terpenting hidup lebih sehat. Tidak ada penyakit yang aneh-aneh seperti sekarang. Ternyata dengan alam yang bersih dan manusianya juga jiwanya bersih, tidak ada saling iri hati, dengki. Mereka hidup rukun saling memberi, itulah yang membuat mereka hidup damai dan berdampak terhadap kesehatan fisik.      Kalau kita melihat fenomena yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Kehidupan y

MANUSIA BERKESADARAN

Gambar
MANUSIA BERKESADARAN Oleh : Tikno Adi. Pendahuluan.      Judul di atas terdiri dari dua kata. Manusia dan Kesadaran. Siapa itu manusia dan apa itu kesadaran. Saya hanya fokus pada kata kesadaran bukan pada kata manusia, karena saya yakin bahwa setiap diri kita adalah manusia. Salah satu makhluk ciptaan Allah SWT yang dihadirkan di bumi ini dengan tujuan untuk menjadi KhalifahNya. Kita akan mampu mendefinisikan atau mendeskripsikan diri kita sebagai manusia jika kita sudah benar-benar mengenali diri sejati kita.       Kesadaran berasal dari kata sadar yang memiliki arti insyaf, merasa, tahu dan mengerti. Sadar juga berarti ingat kembali dari tidur, bangun atau siuman dari pingsan. Itu artinya bahwa kesadaran berarti dalam keadaan insyaf, tahu atau mengerti. Manusia berkesadaran adalah manusia dalam keadaan insyaf, tahu atau mengerti. Pertanyaannya apakah yang dia insyafi dan ketahui atau mengerti? Sesuai tema atau judul tentang manusia berkesadaran tentu saja keinsyafan atau pengetahuan

KUNCI KEBAHAGIAAN (2)

Gambar
Kunci Kebahagiaan (2) Oleh : Tikno Adi   Al Qur'an diturunkan bukan untuk menjadi beban dan menyusahkan. Sebagai petunjuk tentu mudah dipahami. Tidak mungkin Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang mempersulit hambaNya. Kemudian yang namanya ilmu memiliki tiga asas. Koherensi, tidak bertentangan dengan akal sehat, korespondensi, tidak berbenturan dengan ilmu yang lain dan dapat dibuktikan serta pragmatis, memiliki manfaat. Al Qur'an sebagai sumber ilmu apalagi menjadi pedoman tentu mudah untuk dipahami untuk diimplementasikan.  Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: مَاۤ اَنْزَلْـنَا عَلَيْكَ الْـقُرْاٰ نَ لِتَشْقٰۤى  "Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu  agar engkau menjadi susah;" (QS. Ta-Ha 20: Ayat 20)     Selanjutnya kita masuk ke subtansi untuk melanjutkan tadabbur QS.  41 : 30. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: اِنَّ الَّذِيْنَ قَا لُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَا مُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰٓئِكَةُ اَ لَّا تَخَا فُوْا وَلَا تَ

KUNCI KEBAHAGIAAN (1)

Gambar
  KUNCI KEBAHAGIAAN (1) Oleh : Tikno Adi Pendahuluan      Setiap orang tentu mengharapkan kebahagiaan dalam hidupnya. Bahagia itu sangat sederhana. Tumbuhnya dari dalam bukan dari luar dirinya. Ada beberapa variabel yang membuat orang tidak bahagia. Yang pertama, banyak orang yang tertipu oleh jalan pikirannya. Mempersepsikan bahwa kebahagiaan itu akan datang dari luar. Apa yang diinginkan dapat dicapai. Padahal ketika apa yang diinginkan itu tercapai, bukan kebahagiaan yang didapat tetapi ketakutan akan kehilangan apa yang telah dimiliki. Yang kedua, mengijinkan fikiran ke masa lalu dan ke masa depan. Orang yang membawa hidupnya ke masa lalu tidak akan pernah bahagia. Kekecewaan dan penyesalan yang berbuah kesedihan. Masa yang sudah terlewati sebaiknya sebagai bahan evaluasi bukan untuk disesali. Orang yang membawa hidupnya ke masa depan juga akan sulit menemukan kebahagiaan. Hidupnya selalu diselimuti kecemasan dan ketakutan. Kecemasan dan ketakutan yang diijinkan oleh fikirannya

JADIKAN TAKDIRMU MENJADI LEBIH BAIK

Gambar
  JADIKAN TAKDIRMU MENJADI LEBIH BAIK  Oleh : Tikno Adi.      Sebagai pemeluk Islam sejak lahir kita diajarkan Rukun Iman yang enam. Salah satunya iman kepada Qadha dan Qadar Allah.  Hanya saja hampir kebanyakan orang menyikapinya agak kurang pas. Apalagi sejak kecil didogma bahwa rejeki, jodoh, mati, bahagia -celaka sudah menjadi ketetapan Allah dan sudah tercatat di Lauhul Mahfudz. Itu memang benar bahwa apapun yang terjadi di semesta ini termasuk pada diri setiap manusia ada keterlibatan peran Allah Yang Maha Meliputi. Yang menjadi persoalan bagaimana sikap kita menerapkan dalam kehidupan? Karena dianggap sudah menjadi ketetapan Allah sehingga memunculkan sikap apatis. Hidupnya stagnan, tidak mau melakukan perubahan dengan berkreasi dan berinovasi. Inilah salah satu alasan mengapa umat Islam saat ini mengalami kemunduran. Semua yang terjadi dan apa yang diterima saat ini sudah menjadi takdir dan ketetapan Allah SWT. Walhasil hidupnya tidak pernah mengalami perubahan menjadi lebih ba

TIDAK ADA MUSIBAH DAN BERKAH, YANG ADA KEBENARAN

Gambar
  TIDAK ADA MUSIBAH, TIDAK ADA BERKAH YANG ADA KEBENARAN. Oleh : Tikno Adi       Saat ini beberapa daerah dilanda musibah. Gempa, banjir, angin puting beliung dan erupsi gunung berapi. Sebenarnya  yang terjadi itu alamiah. Sebuah proses penyeimbangan alam, tetapi dampaknya yang diterima oleh masyarakat yang dinamakan sebagai bencana karena berakibat membawa penderitaan saat terjadi. Beberapa tahun kemudian, misalnya karena erupsi gunung berapi tanah pertanian menjadi subur dan para petani panennya melimpah. Yang tadinya disebut musibah kemudian menjadi berkah.       Bagaimana menyikapi setiap kejadian dan peristiwa agar tidak ada yang namanya musibah atau berkah. Sebab yang namanya musibah dan berkah kita sendiri yang memberinya judul.  Musibah karena yang diterima tidak sesuai yang diinginkan sedangkan berkah adalah yang diterima sesuai yang diinginkan. Inilah yang sebenarnya yang terjadi dan menjadi realitas kehidupan di mana manusia terjebak pada DUALITAS. Baik-buruk, benar-salah

ORANG-ORANG YANG TERTUTUP

Gambar
  ORANG-ORANG YANG TERTUTUP Oleh : Tikno Adi.      Ketika Al Qur'an menyebutkan orang-orang kafir, persepsi kita pasti mengarah pada orang-orang yang berbeda keyakinan dengan kita. Bahkan ada tokoh agama melarang menyebut dengan sebutan "orang kafir", sebut saja dengan "non muslim",  karena dengan menyebut orang kafir mengandung kriminal psikologis. Padahal secara etimologi kafir berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang menutup. Sekarang sudah menjadi bahasa kita sehari-hari. Kertas Cover, kuper, koper dsb. Sekali lagi tidak dapat dipungkiri bahwa yang disebut orang kafir adalah orang yang berbeda keyakinan dengan kita. Celakanya ada persepsi yang jauh lebih pada penghakiman. Kita merasa seolah-olah paling benar dan berhak atas surga. Sementara kehidupan mereka jauh lebih makmur sedangkan kita malah lebih susah. Itupun masih berkilah, dunia ini surganya orang kafir.       Kalau persepsi kita selama ini ada kesalahan, lantas kapan majunya umat Islam? B

JANGAN LUPA NASIBMU DI DUNIA (2)

Gambar
 JANGAN LUPA NASIBMU DI DUNIA (2)      Di bahasan yang pertama bahwa Darul Akhirat yang menjadi prioritas dalam pencapaian terminologi akhirat yang kita pakai adalah QS. Ad Duha : 4 yakni Hari Kemudian. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَلَـلْاٰ خِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُ وْلٰى  "dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan." (QS. Ad-Duha 93: Ayat 4).      Pernahkah kita mendengar atau melihat dengan mata kepala tentang seseorang yang di usia senja mengalami penderitaan dan kesedihan yang mendalam. Ada penyesalan yang berkepanjangan yang menggelayuti hidupnya. Mengapa dahulu ketika masih muda menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar? Mengapa dahulu masih sehat tidak untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab? Mengapa ketika berumah tangga tidak membangun keluarga yang sakinah, membesarkan dan mendidik anak-anak agar menjadi orang yang bermanfaat? Dan masih banyak pertanyaan “mengapa” yang justru makin memperdalam penyesalan. Dari sekian b

JANGAN LUPA NASIBMU DI DUNIA

Gambar
  JANGAN LUPA NASIBMU DI DUNIA Oleh : Tikno Adi     Tulisan kali ini saya mengajak untuk mentadabburi satu ayat dari firman Allah SWT Surat ke 28 Al Qasas ayat 77. Sebelumnya mari kita cermati angka 28 dan 77. Dua puluh delapan kalau kita jumlahkan menjadi sepuluh, 1 dan 0. Kata "ada (1)" krena "tidak ada (0). Sebenarnya untuk mengenali Allah kita harus mengosongkan fikiran kita, melepaskan semua atribut keduniawian kita. Keberadaan kita dan semua yang ada di semesta karena Allah yang maujud. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: هُوَ الْاَ وَّلُ وَا لْاٰ خِرُ وَا لظَّاهِرُ وَا لْبَا طِنُ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ "Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir, dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Hadid 57: Ayat 3) سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰ فَا قِ وَفِيْۤ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَـقُّ ۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ "Kami akan memperlihatkan kepada me

ORANG YANG BERUNTUNG

Gambar
ORANG YANG BERUNTUNG Oleh : Tikno Adi       Sebagai pijakan berfikir tema di atas, mari kita buka beberapa ayat dalam Al-Qur'an sehingga tidak dikatakan asal berbicara dan akan lebih baik jika kita sudah merasakan kebenaran ayat tersebut. Dapat dipastikan hidup kita tidak ada beban dan kita akan merasa damai dan bahagia. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ  "Sungguh beruntung orang-orang yang beriman," (QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 1) قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكّٰى  "Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman)," (QS. Al-A'la 87: Ayat 14) قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰٮهَا  "sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)," (QS. Asy-Syams 91: Ayat 9)      Dari beberapa ayat di atas sangat jelas siapa orang yang beruntung. Orang yang beruntung adalah orang beriman dan orang yang mensucikan jiwanya. Lalu apa yang dimaksud dengan orang yang beriman dan yang suci jiwanya? Sementara secara fak