KUNCI KEBAHAGIAAN (1)

 


KUNCI KEBAHAGIAAN (1)
Oleh : Tikno Adi

Pendahuluan

     Setiap orang tentu mengharapkan kebahagiaan dalam hidupnya. Bahagia itu sangat sederhana. Tumbuhnya dari dalam bukan dari luar dirinya. Ada beberapa variabel yang membuat orang tidak bahagia. Yang pertama, banyak orang yang tertipu oleh jalan pikirannya. Mempersepsikan bahwa kebahagiaan itu akan datang dari luar. Apa yang diinginkan dapat dicapai. Padahal ketika apa yang diinginkan itu tercapai, bukan kebahagiaan yang didapat tetapi ketakutan akan kehilangan apa yang telah dimiliki. Yang kedua, mengijinkan fikiran ke masa lalu dan ke masa depan. Orang yang membawa hidupnya ke masa lalu tidak akan pernah bahagia. Kekecewaan dan penyesalan yang berbuah kesedihan. Masa yang sudah terlewati sebaiknya sebagai bahan evaluasi bukan untuk disesali. Orang yang membawa hidupnya ke masa depan juga akan sulit menemukan kebahagiaan. Hidupnya selalu diselimuti kecemasan dan ketakutan. Kecemasan dan ketakutan yang diijinkan oleh fikirannya dan terjadi berulang-ulang akan menghadirkan penderitaan. Inilah sebenarnya yang disebut neraka dunia.
    
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَاَ مَّا الَّذِيْنَ شَقُوْا فَفِى النَّا رِ لَهُمْ فِيْهَا زَفِيْرٌ وَّشَهِيْقٌ 
"Maka adapun orang-orang yang sengsara, maka (tempatnya) di dalam neraka, di sana mereka mengeluarkan dan menarik nafas dengan merintih."

خٰلِدِيْنَ فِيْهَا مَا دَا مَتِ السَّمٰوٰتُ وَا لْاَ رْضُ اِلَّا مَا شَآءَ رَبُّكَ ۗ اِنَّ رَبَّكَ فَعَّا لٌ لِّمَا يُرِيْدُ
"Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sungguh, Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki."
(QS. Hud 11: Ayat 106-107)

Orang-orang yang membawa hidupnya ke masa lalu dan masa depan, mereka akan tersiksa. Ayatnya sangat jelas, di sana mereka mengeluarkan dan menarik nafas dengan merintih." Bukankah ketika masih mengeluarkan dan menarik nafas masih berada di dunia. Kemudian apa yang dimaksud dengan "Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi...". Selama paradigma yang dibangun membuat hidup dalam kesedihan dan ketakutan, selama itu pula mereka hidup dalam penderitaan. Kecuali jika mempunyai kehendak untuk merubahnya dengan melepaskan dan membuang jauh fikiran gelapnya dan membangun kesadaran baru untuk meraih kebahagiaan maka Allah pun berkenan menghendaki orang-orang yang melakukan perubahan untuk meraih kebahagiaan. ......kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sungguh, Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki."  Allah SWT akan memfasilitasi orang-orang yang berkehendak untuk melakukan perubahan. Lantas siapakah orang-orang yang dapat meraih kebahagiaan itu.

Orang-orang Yang Bahagia

    Para leluhur yang sudah mencapai tingkat kearifan dan kebijaksanaan mengatakan " Suwargo - neroko ora ngenteni mbesuk" ( Surga - neraka tidak menunggu nanti). Itu artinya bahwa surga - neraka tidak usah menunggu nanti di akhirat atau setelah kematian. Surga itu simbol dari kebahagiaan dan neraka simbol dari penderitaan. Rasulullah saw menyampaikan dalam sebuah hadits bahwa surga itu saking nikmatnya tidak dapat diungkapkan oleh kata-kata, tidak pernah terbersit oleh mata dan telinga. Itu bukan berarti surga itu menunggu nanti. Kita tidak dapat mendefinisikan apa itu kebahagiaan? Manusia hanya bisa merasakan kebahagiaan dan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Sama seperti kita merasakan manisnya gula, tapi kita tidak dapat mendeskripsikan apa itu manis. Demikian sebaliknya, neraka atau penderitaan, kepahitan hidup, manusia hanya bisa merasakan. Itu artinya bahwa surga dan neraka adalah pilihan hidup. Itu bisa diwujudkan sekarang bergantung pilihan kita.
     Rasulullah saw pernah menyampaikan bahwa "Rumahku adalah surgaku". Itu artinya bahwa bagaimana kita membangun kehidupan dalam rumah tangga yang penuh kebahagiaan.

Tips untuk meraih kebahagiaan

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ قَا لُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَا مُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰٓئِكَةُ اَ لَّا تَخَا فُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَ بْشِرُوْا بِا لْجَـنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.""
(QS. Fussilat 41: Ayat 30)

     Untuk meraih kebahagiaan yang disimbolkan dalam ayat di atas dengan Jannah sebenarnya sangat sederhana. Yaitu  orang-orang yang dapat mengatakan bahwa Tuhannya Allah kemudian teguh pendirian maka akan diturunkan para malaikat untuk mensupport mereka "jangan takut dan jangan bersedih, bergembiralah dengan Jannah yang dijanjikan. Jannah secara bahasa berarti kebun atau taman. Suasana yang membuat rasa damai, nyaman.  Orang yang hatinya damai, tenteram terbebas dari kesedihan dan ketakutan itulah bahagia, itu yang pertama. Yang kedua dapat melepaskan terhadap rasa kemelekatan terhadap yang diinginkan dan mau menerima apa yang tidak diinginkan. Rasulullah saw ketika menjelaskan tentang iman adalah kepedulian sosial. "Tidak dikatakan beriman jika dirinya tidur nyenyak sementara tetangganya ada yang kelaparan". Masih banyak hadits yang senada yang intinya bahwa kepedulian sosial adalah melepaskan apa yang disukai yang berupa sesuatu yang bernilai. Bentuk kemelekatan pada sesuatu yang diinginkan adalah sifat bakhil. Apakah orang bakhil itu bahagia? Yang ada rasa ketakutan kehilangan terhadap apa yang dikumpulkan.
    Kembali kepada QS. 41 : 30. Siapakah orang yang dapat mengatakan "Rabbunallah", Tuhanku adalah Allah? Tentu saja orang yang sudah mengenal Allah. Siapakah orang yang sudah mengenal Allah tentu saja orang yang sudah bertemu denganNya. Sungguh aneh jika ada orang yang mengatakan Tuhan kami adalah Allah sementara belum bertemu denganNya. Sama seperti orang yang bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, tetapi tidak pernah menyaksikan. Pertanyaannya, siapakah orang-orang yang sudah mengenal dan bertemu denganNya? Tentu saja orang yang berharap atau berkehendak untuk bertemu denganNya.
     Sebelum kita masuk ke subtansi pembahasan, saya mengajak untuk membaca beberapa ayat dan memahami kemudian menginterpretasikan kemudian mengekstrapolasikan sehingga semakin mengembangkan wawasan dan cara berpikir kita untuk dapat melihat setiap persoalan dari berbagai sudut pandang.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰ فَا قِ وَفِيْۤ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَـقُّ ۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" (QS. Fussilat 41: Ayat 53)

وَلِلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَا لْمَغْرِبُ فَاَ يْنَمَا تُوَلُّوْا فَثَمَّ وَجْهُ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ
"Dan milik Allah Timur dan Barat. Ke mana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Maha Luas, Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 115)
      Allah SWT Maha meliputi semesta. Jika kita tarik ke kedalaman rasa, mana yang bukan Dia. Tidak ada kehidupan di semesta tanpa  keberadaanNya. Matahari yang mengalirkan sumber energi melalui sinarnya. Dengan energi itu terciptalah siklus kehidupan yang kait mengait satu dengan yang lain. Manusia dengan alam dan manusia lainnya. Dialah Sang Keberadaan, Rabbun 'Alamiin. Coba kita lihat dan baca pohon mangga, misalnya. Bebas dari mana melihatnya. Dari biji, batang, daun, buah, akar? Ada siapa dibalik semua. Subhanallah, itulah yang pantas kita ucapkan yang tumbuh dari kesadaran. Dengan melihat proses penciptaan di semesta ini, tidak satupun yang sia-sia.
     Hari ini, saat ini, sekarang mari meniti ke dalam diri dan membangun kesadaran. Allah SWT selalu meliputi diri kita, dekat dengan kita. Selalu membersamai kita di setiap ruang dan waktu. Detak jantung kita dan semua fungsi organ tubuh kita. Tarikan dan hembusan nafas membuat kita bisa melakukan aktivitas di kehidupan ini. Tiada daya dan kekuatan tanpa kehadiran keberadaannya.

Allah SWT berfirman:

مَنْ كَا نَ يَرْجُوْا لِقَآءَ اللّٰهِ فَاِ نَّ اَجَلَ اللّٰهِ لَاٰ تٍ ۗ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
"Barang siapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah pasti datang. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui."(QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 5)

قُلْ اِنَّمَاۤ اَنَاۡ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰۤى اِلَيَّ اَنَّمَاۤ اِلٰهُكُمْ اِلٰـهٌ وَّا حِدٌ ۚ فَمَنْ كَا نَ يَرْجُوْا لِقَآءَ رَبِّهٖ فَلْيَـعْمَلْ عَمَلًا صَا لِحًـاوَّلَايُشْرِكْ بِعِبَا دَةِ رَبِّهٖۤ اَحَدًا
"Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa." Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahf 18: Ayat 110)

     Pertemuan denganNya adalah sebuah keniscayaan. Sadar bahwa Dia hadir saat ini, sekarang adalah sebuah signal yang dapat dirasakan bahwa Dia selalu meliputi hambaNya. Untuk selanjutnya kita akan selalu mengingatNya tanpa kata-kata, tanpa suara. Itulah orang-orang yang dapat mengatakan Rabbunallah. Tuhanku adalah Allah.@bersambung


18 Desember 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAJULUN YAS'A ( رجل يشعي )

BELAJAR AL QUR'AN

LINGSEM DAN BANGKAI