JADIKAN TAKDIRMU MENJADI LEBIH BAIK

 


JADIKAN TAKDIRMU MENJADI LEBIH BAIK 

Oleh : Tikno Adi.


     Sebagai pemeluk Islam sejak lahir kita diajarkan Rukun Iman yang enam. Salah satunya iman kepada Qadha dan Qadar Allah.  Hanya saja hampir kebanyakan orang menyikapinya agak kurang pas. Apalagi sejak kecil didogma bahwa rejeki, jodoh, mati, bahagia -celaka sudah menjadi ketetapan Allah dan sudah tercatat di Lauhul Mahfudz. Itu memang benar bahwa apapun yang terjadi di semesta ini termasuk pada diri setiap manusia ada keterlibatan peran Allah Yang Maha Meliputi. Yang menjadi persoalan bagaimana sikap kita menerapkan dalam kehidupan? Karena dianggap sudah menjadi ketetapan Allah sehingga memunculkan sikap apatis. Hidupnya stagnan, tidak mau melakukan perubahan dengan berkreasi dan berinovasi. Inilah salah satu alasan mengapa umat Islam saat ini mengalami kemunduran. Semua yang terjadi dan apa yang diterima saat ini sudah menjadi takdir dan ketetapan Allah SWT.

Walhasil hidupnya tidak pernah mengalami perubahan menjadi lebih baik.  Tidak mau melakukan upaya untuk melakukan perubahan. Hidupnya pasif karena paradigma yang terbangun selama ini bahwa apa yang dialami sudah menjadi ketentuan Allah.

     Apa itu Qadha dan Qadar? Qadha merupakan ketetapan yang sudah terjadi. Kita terlahir di negeri ini dengan ciri-ciri fisik seperti ini. Semua yang kita miliki mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, itulah data diri kita. Itu sudah menjadi ketetapan yang tidak dapat dirubah. Qadar belum terjadi dan belum menjadi fakta. Sedangkan fakta dan realitas yang sedang kita alami adalah nasib. Sungguh ironis jika nasibnya jelek dan hidup dalam penderitaan sudah diklaim sebagai takdir. Ketika ditanya mengapa hidupmu seperti ini?  Mau bagaimana lagi,  sudah menjadi takdir. Sekali lagi inilah merupakan salah satu penyebab kemunduran umat saat ini.

     Sesuai tema di atas, mari mengelaborasi QS. 11 HUD : 11 dalam rangka mentadabburi ayat tersebut agar tidak terjebak pada dogma-dogma yang justru memenjarakan daya kreativitas kita. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَ نْفُسِهِمْ ۗ وَاِ ذَاۤ اَرَا دَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّا لٍ

"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 11)

     Di ayat tersebut secara lafadz tidak disebut malaikat-malaikat. Kata "mu'aqibaatun" diterjemahkan malaikat-malaikat. Para mufasir menerjemahkan seperti itu, tentu mempunyai dasar keilmuan yang melatarbelakangi. Secara harfiah kata mu'aqibaatun berarti akibat-akibat. Sehingga kalau kita translasi kan secara utuh dari awal "Baginya (setiap manusia) ada akibat-akibat yang selalu menjaga (hadir) antara depan dan di belakang atas izin Allah SWT. Sangat realistis dan rasional jika setiap manusia selalu dalam kondisi menerima akibat. Itulah qadha sebagai data karma yang telah dilakukan sebelumnya. Jika dinterpolasikan, bahwa jika seseorang dengan melakukan misal A-B akan berakibat C-D. Itulah qadha, ketetapan yang sudah terjadi dan menjadi data karma. Kemudian jika diekstrapolasi ke depan (hari esok) apakah data sama dengan fakta yang akan terjadi? Apakah Qadha sama dengan Qodar yang akan terjadi? Bisa sama bisa tidak. 

      Kita ambil contoh. misalkan BMKG memprediksi bahwa besok tanggal sekian daerah A akan turun hujan. Prediksi ini didasarkan pada hasil data bahwa ketika suatu daerah memiliki kelembaban udara sekian, suhu udara sekian, kecepatan angin sekian, daerah tersebut diguyur hujan. Kemudian data ini diekstrapolasi ke daerah A untuk memprediksi apa yang akan terjadi besok. BMKG menyatakan bahwa besok daerah hujan. Pertanyaannya apakah data sesuai dengan fakta yang akan terjadi? Jawabannya bisa sama bisa tidak. Sama jika data besok tidak mengalami perubahan dan tidak sama jika ada treatment baik secara alamiah, misalkan ada angin kencang atau treatment yang dilakukan oleh manusia dengan melakukan rekayasa.

    Dari analogi di atas, sebenarnya sama dengan apa yang kita alami. Setiap manusia memiliki data karma dan itu sudah terjadi sebagai akibat. Jika yang kita dilakukan sama dengan data karma kita pada hari ini, maka akan berakibat sama dengan kemarin. Hidup kita stagnan, tidak mengalami perubahan menjadi lebih baik.

     Jika hari ini kita melakukan treatment atau perlakuan untuk perubahan menjadi lebih baik maka dapat dipastikan akan mengalami perubahan. Hari ini, saat ini, sekarang adalah nasib kita. Juga merupakan akibat,  sebagai buah dari apa yang kita lakukan sebelumnya. 

     Mengapa konstruksi ayat, akibat diletakkan di depan dan di belakang? Itu artinya bahwa manusia yang merupakan percikan Cahaya Allah juga memiliki sifat qadrat dan iradat, artinya memiliki kemampuan dan kehendak.  Itulah sebabnya di ayat berikutnya: " Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga diri mereka sendiri yang merubahnya". Allah pasti akan menghendaki hamaNya yang memiliki kehendak dan kehendak itu diwujudkan dengan treatment, untuk melakukan perubahan. Bukan karena hambaNya yang hanya meratapi nasibnya tanpa berbuat apa-apa.

Realitas hidup adalah hari ini, saat ini, sekarang. Rasulullah saw menegaskan "Orang yang hari ini lebih baik dari kemarin itulah orang yang beruntung. Jika hari ini sama dengan kemarin itulah orang yang rugi. Jika hari ini lebih buruk dari kemarin itulah orang yang rusak"

     Mulai hari ini, saat ini, sekarang kita melakukan perubahan dengan diawali merubah mindset kita. Hidup ini adalah pilihan, mau senang mau susah, mau bahagia mau menderita bergantung diri kita sendiri. Allah bergantung sangka hambaNya. Apapun yang menjadi pilihan kita Allah pasti akan mewujudkannya. Oleh karenanya mari kita melakukan treatment  untuk merubah takdir kita dan menjadikan setiap kesempatan sebagai momentum untuk melakukan perbaikan, insyaallah kita akan menjadikan takdir kita lebih baik.


10 Desember 2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAJULUN YAS'A ( رجل يشعي )

BELAJAR AL QUR'AN

LINGSEM DAN BANGKAI