TUJUAN DAN ARTI HIDUP



Tujuan Dan Arti Hidup

Oleh : Tikno Adi


     Manusia yang berkesadaran adalah manusia yang selalu terkoneksi dengan Yang Maha Ada yang selalu meliputi semesta tidak terkecuali dirinya. Dzat Yang Pengasih dan Penyayang yang selalu memberikan cinta-Nya tanpa muatan apapun dan tanpa pandang bulu. Maka sungguh ironis jika ada orang yang melakukan sesuatu tanpa kesadaran. Jiwa dan hidupnya hanya menjadi budak fkiran gelapnya atau egonya sehingga tidak memiliki tujuan hidup dan tidak pernah mengerti apa itu arti hidup. 

     Dalam kesempatan yang penuh berkah ini saya mencoba mengangkat satu firman Allah SWT sebagai landasan berfikir kita agar tetap fokus dan tidak kemana-mana.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَا لَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ 

"Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 21)

     Dalam Al Qur'an Allah SWT banyak berbicara tentang langit, bumi, gunung. Hanya karena tingkat kesadaran masih rendah dan berorientasi pada kesadaran materi atau fisik, kita hanya memahami sesuai tingkat kesadaran yang dimiliki. Semua dilihat hanya dalam perspektif materi. 

     Oleh karena itu tingkat kesadaran inilah yang harus kita buka agar cakrawala pandang lebih luas dan melihat sesuatu tidak dalam perspektif yang sempit. Orang yang melihat dalam perspektif yang sempit itulah orang kafir. Orang yang menutup diri terhadap lingkungan sosial yang lebih luas itulah orang yang kuper. Banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tertutup. Harga diri, gengsi, status sosial dan masih banyak lagi. 

     Setiap orang kalau ditanya apa tujuan hidup? Sebagian besar pasti untuk mencari Ridho Allah tetapi kenyataannya l tidak sesuai dengan apa yang diucapkan. Orang yang mengatakan bahwa tujuan hidupnya untuk mencari Ridho Allah sudah barang tentu apa yang dilakukan sesuai dengan kehendak Allah bukan kehendak egonya. Lantas apa yang mendasari ucapannya sehingga demikian mudah untuk mengucapkan tetapi tidak pernah diwujudkan. Jangan-jangan pengetahuan tentang Allah hanya sebatas "katanya" dan sama sekali tidak mengenal-Nya. 

     Memahami tujuan hidup tentu harus difahami hidup itu sendiri. Kalau selama ini kesadaran masih ditingkat materi sehingga ketika ditanya apa tujuan hidup kita yang kemudian disebut cita-cita, pasti ingin sesuatu yang bersifat material, ingin menjadi ini, itu. Tidak ada yang salah ketika seseorang mempunyai cita-cita setinggi mungkin tetapi apakah yang dicita-citakan berbanding lurus dengan apa yang dicapai? Malah banyak yang terjadi, ketika cita-cita begitu kuat melekat dalam dirinya kemudian tidak tercapai yang berakibat stres bahkan pada tingkat depresi. Hidup frustasi sehingga tidak memiliki arti hidup. Demikian juga masalah jodoh. Banyak pasangan yang sudah lama saling mengenal bahkan bercita-cita ingin membangun sebuah keluarga dengan berbagai keinginan dan angan-angan yang akan diwujudkan, tetapi karena satu hal yang membuat apa yang diinginkan kandas yang membuatnya frustasi dan tidak akan pernah menikah. 

     Dari gambaran di atas mungkin akan membuka cakrawala berfikir kita, apa sih tujuan hidup ini? Apakah  keberadaan kita memiliki arti bagi semesta? Al Qur'an sangat jelas tentang tujuan penciptaan manusia. Manusia tidak diciptakan kecuali hanya untuk beribadah atau mengabdi kepada Allah SWT. Rabbul 'Alamiin. Akan tetapi untuk memastikan bahwa keberadaan manusia untuk beribadah kepada Tuhannya, maka yang perlu dibangun adalah kesadaran tentang hidup itu sendiri. Kemudian bagaimana implementasi dari sebuah pengabdian? Disinilah perlunya belajar dan terus belajar untuk mengetahui esensi dari hidup dalam kehidupan ini. Kalau kita benar-benar sadar bahwa diri kita bagian dari kehidupan semesta dan tidak dapat hidup tanpa kebergantungan terhadap semesta maka sudah selayaknya kita ikut berkontribusi dalam penjagaan dan pelestarian kehidupan. Disinilah perlunya prinsip dasar pengabdian adalah pelayanan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)

     Jika manusia memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, Keberadaannya menyatu dan bergantung pada semesta maka sikap melayani merupakan sebuah keniscayaan. Orang semacam ini mampu melihat siapa di balik semesta. Laa Ilaha Illallah. Mana di semesta ini yang bukan Allah?


29 Desember 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAJULUN YAS'A ( رجل يشعي )

BELAJAR AL QUR'AN

LINGSEM DAN BANGKAI