TIDAK ADA MUSIBAH DAN BERKAH, YANG ADA KEBENARAN

 


TIDAK ADA MUSIBAH, TIDAK ADA BERKAH
YANG ADA KEBENARAN.

Oleh : Tikno Adi 

     Saat ini beberapa daerah dilanda musibah. Gempa, banjir, angin puting beliung dan erupsi gunung berapi. Sebenarnya  yang terjadi itu alamiah. Sebuah proses penyeimbangan alam, tetapi dampaknya yang diterima oleh masyarakat yang dinamakan sebagai bencana karena berakibat membawa penderitaan saat terjadi. Beberapa tahun kemudian, misalnya karena erupsi gunung berapi tanah pertanian menjadi subur dan para petani panennya melimpah. Yang tadinya disebut musibah kemudian menjadi berkah.
      Bagaimana menyikapi setiap kejadian dan peristiwa agar tidak ada yang namanya musibah atau berkah. Sebab yang namanya musibah dan berkah kita sendiri yang memberinya judul.  Musibah karena yang diterima tidak sesuai yang diinginkan sedangkan berkah adalah yang diterima sesuai yang diinginkan. Inilah yang sebenarnya yang terjadi dan menjadi realitas kehidupan di mana manusia terjebak pada DUALITAS. Baik-buruk, benar-salah, musibah-berkah.
      Yang menjadi pertanyaan sekarang, mengapa musibah itu terjadi? Sebagai landasan untuk ditadabburi sesuai tema yang akan kita bahas adalah QS. 57 Al Hadid : 22-23 dan QS. 4 An Nisa : 179 dan beberapa ayat lain yang mendukung. Perlu diketahui juga bahwa Al Qur'an diturunkan dengan bahasa Arab agar kita berfikir.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman

مَاۤ اَصَا بَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَ رْضِ وَلَا فِيْۤ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْـرَاَ هَا ۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ 
"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab  sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah"
(QS. Al-Hadid 57: Ayat 22
)

لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَا تَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ ۗ وَا للّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَا لٍ فَخُوْرِ 
"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri,"
(QS. Al-Hadid 57: Ayat 23)

    Musibah atau bencana yang terjadi di bumi maupun yang menimpa manusia secara personal telah tertulis sebelumnya dalam Kitab (lauh Almahfuz) sebelum Allah mewujudkannya. Itu artinya bahwa orang yang terkena musibah itu memang sudah ditakdirkan sebelumnya hidup dalam penderitaan. Pertanyaan kritisnya, apakah dalam hal ini Allah SWT tidak menzalimi hambaNya?  Sementara banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan bahwa sekali-kali Allah tidak akan pernah menzalimi hambaNya. Perhatikan ayat di bawah :

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ ۚ وَاِ نْ تَكُ حَسَنَةً يُّضٰعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَّدُنْهُ اَجْرًا عَظِيْمًا
"Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan (sekecil zarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 40)
     Sebelumnya mohon maaf jika berbeda dengan kebanyakan orang. Lantas, apakah yang dimaksud dengan: "semuanya telah tertulis dalam Kitab  sebelum Kami mewujudkannya......" Sementara dalam QS. 4 : 179  " apa saja yang menimpamu berupa keburukan itu dari diriku sendiri...".  Pertanyaannya Kitab apa atau yang mana. Kita percaya akan takdir Allah. Bahwa semua yang telah terjadi, apakah baik atau buruk itu takdir. Ada Allah di balik semua kejadian dan peristiwa. Bahkan setiap detak jantung dan seluruh aktivitas organ tubuh kita itu ada Yang Maha Ada. Allah SWT meliputi semua makhlukNya. Allah SWT Maha Kasih Sayang. Banyak yang belum berkesadaran bahwa selalu memenuhi kebutuhan kita. Sekali-kali Allah tidak akan pernah menzalimi hambaNya.
     Untuk menarik benang merah agar tidak terjadi kontradiksi pemahaman kita dan menemukan titik terang mari kita melihat QS.
     Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اِقْرَأْ كِتٰبَك َ ۗ كَفٰى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيْبًا 
"Dan dikatakan kepadanya: ("Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu itu sebagai penghisab terhadapmu.") menjadi penghisab sendiri."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 14)

     Apapun yang terjadi dan kejadian itu disebut musibah karena apa yang diterima tidak sesuai yang diinginkan, sebenarnya itu buah dari apa yang telah ditanam. Telah tercatat dalam Kitab setiap diri manusia. Secara scientific bahwa dalam tubuh manusia ada DNA yang menyimpan milyaran data karma manusia. Ketika manusia dikendalikan oleh fikiran gelapnya, dikuasai oleh ego dan hawa nafsunya dan perilakunya penuh dengan kemaksiatan, semua akan terekam dalam Kitabnya. Boleh jadi dalam sebuah entitas terjadi maksiat berjamaah atau kezaliman beberapa individu tetapi yang lain diam bahkan kezaliman yang dilakukan berulang-ulang sehingga ikut membenarkan sehingga bencana yang terjadi menimpa seluruhnya.
     Sebagai penutup, belajar dan bencana yang terjadi bahwa itu adalah kebenaran bagi orang-orang yang berkesadaran. Orang yang sadar, mereka melihat ada Allah di balik setiap kejadian dan peristiwa. Mengapa Allah menghendaki semua itu terjadi, bagi orang yang sadar, itu adalah buah karma yang telah ditanam sendiri. " Dan apa saja yang menimpamu berupa keburukan itu dari diriku sendiri...".(QS. 4 : 179).

      Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri,"

(QS. Al-Hadid 57: Ayat 23)

     Bagi orang yang berkesadaran, bahwa setiap musibah yang terjadi ada peran Allah SWT yang membersamai setiap kejadian dan peristiwa. Jika yang diterima sesuatu yang tidak menyenangkan pasti pesan yang disampaikan agar kembali ke jalanNya. Sebaliknya jika yang diterima sesuatu yang menyenangkan, sadar bahwa dirinya menjadi kepanjangan tanganNya untuk berbagi kebahagiaan dengan yang lain.

7 Desember 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAJULUN YAS'A ( رجل يشعي )

BELAJAR AL QUR'AN

LINGSEM DAN BANGKAI