Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

WARAHMATULLAHI WA'ADZABUH

Gambar
Emha Ainun Nadjib (Mbah Nun) Sekitar dua dekade terakhir ini kita mengeluh semakin banyak rahmat Allah yang menjadi adzab dalam kehidupan kita, meskipun memang demikian salah satu kemungkinan yang muncul dari malpraktik peradaban ummat manusia. Gula dan rasa manis adalah konsumsi sehari-hari sejak berabad-abad silam, yang membuat minuman jadi enak dan membangun energi fisik. Bahkan Yogya semua makanan serba manis, termasuk gudeg. Tapi sudah cukup lama bertahun-tahun belakangan ini gula menjadi ancaman. Bahkan menjadi nama jenis sakit: sakit gula. Bersamaan dengan itu kita adalah bangsa pemakan nasi. Dulu waktu kanak-kanak saya tantang-tantangan untuk “ gelut ” atau berantem, kalimatnya “ Ayo, podo-podo mangan segone, anggitmu gak wani ta aku… ” Sekarang makan nasi juga sampai batas ukuran tertentu menyebabkan sakit gula. Untung ada tradisi budaya penangkalnya secara tradisional: “ poso ”, “ poso mutih ”, atau berbagai jenis “ tirakat ”. Garam juga bikin darah tinggi. Konsumsi-

RUMAH ALLAH

Gambar
28/4/2020      Allah  Subhanahu swt.  berfirman dalam hadits Qudsi: اِنَّ بُيُوُتِى فِ الْارَضِ الْمَسَاجِدُ وَاِنَّ زُوَّاِفِيهَا عُمَّارُهَا “ Sesungguhnya rumah-rumah-Ku di bumi adalah masjid-masjid, dan para pengunjungnya adalah orang-orang yang memakmurkannya.”  (HQR. Abu Na’im dari Sa’id al-Khudri  radhiyallahu ‘anhuma ).    Berangkat dari sebuah hadits qudsi, Allah azza wajalla menegaskan "RumahKu di bumi adalah masjid-masjid, yang mengunjunginya adalah yang memakmurkannya". Dengan pemberlakuan PSBB untuk jangka waktu tertentu tidak diperbolehkan shalat berjamaah. Selama hari yang ditentukan masjid tidak ada kegiatan beribadah alias ditutup. Ini sebuah fenomena atau pertanda, masjid yang sejak awal didirikan oleh Rasulullah saw, masjid Kuba, masjid Nabawi memiliki banyak fungsi. Berangkat dari Rumah Allah azza wajalla inilah berbagai persoalan umat dapat diselesaikan dengan kejernihan hati. Ada dua fungsi yang sekaligus dapat dipecahkan jika ada persoalan

ADA ATAU TIDAK ADA CORONA

Gambar
Emha Ainun Nadjib Tulisan saya yang ini sangat terlambat karena saya harus menemui Sabrang, yang menerangkan kepada saya berbagai dimensi fakta, data, pengetahuan, wacana dan kemungkinan solusi-solusi di sekitar kasus Corona. Sabrang menguraikan sangat banyak hal yang saya sama sekali tidak mampu menguraikannya, dari pemetaannya, intra Corona maupun ekstra multiefeknya pada ummat manusia. Menurut sempitnya pemahaman saya sedemikian lengkap dan komprehensif apa-apa yang dipaparkan oleh Sabrang. Sayang dia bukan  stake-holder  Pemerintahan, bukan pejabat tinggi Negara, sehingga kurang berguna semua ilmu pengetahuannya itu untuk Bangsa dan Negara. Paling tidak mudah-mudahan sudah berlangsung hubungan, akses, dan komunikasi timbal balik antara Sabrang dengan Simpul-simpul Jamaah Maiyah di semua wilayah. Mungkin yang bisa dilakukan oleh masing-masing hari ini, salah satunya adalah kembali ke beberapa pertanyaan elementer untuk diteguhkan kembali jawabannya sebagai ketetapan langkah b

MANA PEWARIS NABI?

Gambar
Emha Ainun Nadjib Selama menjalani “Tirakat Corona” ini kita sebisa-bisa mencari dan menerima apa saja yang bisa menerbitkan kegembiraan hati, semangat menjalani keprihatinan, menguatkan mental, serta memperpanjang rentang panjang jalan harapan. Lebih 60 tulisan saya  selama Corona mengandung rentang atau polarisasi dengan gradasinya, eksplisit maupun implisit — antara pandangan atau peta pemahaman yang Tuhan ada di dalamnya dengan yang tidak. Motivasi utamanya semata-mata karena hanya dengan adanya Tuhan serta peran-Nya maka manusia masih punya harapan. Kalau hidup hanya seperti yang selama ini kita jalani di dunia, meskipun ada banyak kemewahan di Mal, ada Liga Sepakbola, ada Maiyahan atau main kartu — dan kini dunia dihadiri virus yang sedemikian menyiksa, lantas tidak ada Alam Barzakh, tidak ada Malaikat Munkar Nakir, Raqib Atid dan semuanya terutama Baginda Jibril, tidak ada alam Akhirat – terus apa enaknya kehidupan ini? Jelas manusia tidak mampu menciptakan kehidupan, s

RAJULUN YAS'A ( رجل يشعي )

Oleh : T. Adhi Allah SWT berfirman: وَجَآءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَا لَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَ ۙ  "Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu." (QS. Ya-Sin 36: Ayat 20)      Dalam sebuah hadits Nabi saw tentang TUJUH yang harus diwujudkan baik sekala personal, komunal, sosial bahkan sebagai sebuah bangsa, lima diantaranya menggunakan terminologi RAJUL agar mendapat naungan di hari yang tidak ada naungan selain naungan Allah swt seperti saat ini.  RAJUL adalah orang yang meyakini sebuah kebenaran dan berkomitmen melaksanakan dengan istiqomah, konsisten. Sebagaimana nukilan ayat di atas dan lengkapnya di S. 36 ( Yaasiin ) : 13 - 28 mengisahkan tentang seorang "RAJUL" dikarniai kemuliaan karena ke istiqamhannya didalam melakukan kebenaran yang diyakini. Bahkan Allah swt murka terhadap kaum yang mendzalimi dan diazab sehingga mereka hancur dan musnah.

MENYIKAPI HIMBAUAN YANG MENGEDEPANKAN DALIL AQLIYAH

*DR. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie Al Hafidz Al hadist(Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur'an Tebuireng Jombang)* *MENYIKAPI 'ULAMA YANG TIDAK PERLU SHOLAT JUM'AT DI MASJID DI GANTI SHOLAT DHUHUR SAJA DAN MENYIKAPI 'ULAMA YANG TETAP SHOLAT JAMA'AH JUM'AT DI MASJID* *KORONA MEREBAK, IBADAH MALANG KADAK* Ahmad Musta'in Syafi'ie Tentang virus korona, fatwa sudah banyak dan dalil sudah numpuk-numpuk. Ada yang fiqih oriented, mengedepankan ikhtiar dan kehati-hatian, hingga tak jelas, apakah saking qadariahnya (free act) atau "ketakutan". Ada juga yang pasrah opo jare Gusti Allah, sehingga tidak jelas juga, apa saking jabariahnya (fatalistik) atau "dungu". Hikmahnya, umat menjadi makin berpengetahuan. Baik dari madzhab jaga-jaga maupun dari madzhab pasrah. Yang jaga-jaga mengikuti protokol pemerintah, sangat loyal sekali, hingga membolehkan, bahkan menganjurkan umat islam tidak shalat jum'ah, tidak shalat jama&

TUJUH (3)

Oleh: T. Adhi 3. S eorang yang hatinya bergantung ke masjid. Keberadaan masjid di zaman Nabi saw bukan sekedar untuk melakukan ibadah ritual, tetapi lebih kepada fungsi pendidikan dan sosial. Sebagai tempat untuk bermusyawarah untuk menyelesaikan persoalan umat.       Seorang yang dalam hadits Nabi saw disebut sebagai "rajul" adalah seorang yang memiliki komitmen untuk memakmurkan masjid dan memiliki kepedulian terhadap terhadap persoalan keumatan. Shalat dan zakat adalah dua amal ibadah yang tidak dapat dipisahkan. Dengan berjamaah di masjid bukan sekedar untuk meraih pahala yang besar tetapi sebagai wahana untuk mengindentifikasi persoalan umat. Rasulullah saw sehabis mengimami shalat berjamaah beliau berbalik menghadap makmum sambil memperhatikan masing jamaah. Pernah beliau melihat seorang sahabat yang wajahnya lesu lantas di tanya ada persoalan apa? Ternyata beberapa hari tidak makan, lantas beliau bertanya pada yang lain, siapa yang di rumahnya ada makanan. Beberapa

TUJUH (2)

Oleh : T. Adhi.      Untuk tulisan kali ini saya menjadikan TUJUH sebagai dasar koreksi dan evaluasi mengapa Allah swt tidak memberikan naunganNya kepada negeri ini sehingga ikut terpuruk. Prof. Azyumardi Azra dalam sebuah telewicara dengan sebuah TV Swasta Nasional mengatakan banyak masyarakat bawah yang kelaparan akibat keterlambatan pemerintah dalam menangani wabah coronavirus terutama dampak sosial ekonomi. Artinya bahwa wabah coronavirus ini berdampak multi dimensi terhadap kehidupan sebagai sebuah bangsa.      Mari kita mencoba menggali kondisi saat ini dengan TUJUH parameter sebagaimana Dawuh Kanjeng Nabi Muhammad saw. 1. Imam yang Adil. Imam dalam bahasa Indonesia dimaknai pemimpin. Dalam terminologi Islam pemimpin memiliki beberapa istilah. Imam, amir, ra'in, khalifah. Nabi saw. menyebut Imam, narasi yang tepat untuk Imam adalah pemegang komando tertinggi dalam sebuah wilayah. Bisa Presiden, Gubernur, Bupati - Wali Kota dan Kepala Desa. Adakah atau sudahkah para Ima

TUJUH.

Oleh : Tikno Adi Berangkat dari Hadits Nabi Muhammad saw, kita mencoba mentabburi dan mengelaborasi makna yang tersirat dalam perspektif yang lain sehubungan dengan mewabahnya coronavirus Covid 19. Silahkan anda berpendapat lain, itu hak privasi masing-masing orang dalam menyikapi setiap persoalan. عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ  Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallah