Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

TETESAN

SLUMAN SLUMUN , SELAMET Oleh : cak Tik      Berangkat dari rumah jam 07.15 sampai tujuan jam 08.10. Jarak tempuh yang hanya 20 km harus saya tempuh 55 menit, hampir satu jam, yang secara normatif hanya sekitar 33 menit. Mungkin ada orang mengatakan kalau berkecepatan 90 km per jam mungkin hanya seperempat jam atau 15 menit. Silahkan berkata apa saja, bukan waktu tempuhnya yang penting ,tetapi yang terpenting selamat sampai tujuan.      Untuk selamat sampai tujuan maka harus khusyuk atau fokus dalam berkendara, mematuhi rambu-rambu lalu lintas, di antaranya saya bertemu empat traffic light, ketika merah saya harus berhenti. Belum lagi ada hambatan-hambatan kecil dalam perjalanan, maka kapan harus mengerim dan kapan harus mengegas. Ada dinamika dalam perjalanan untuk saling menjaga harmoni dalam perjalanan sehingga terasa nyaman. Artinya apa? Untuk sampai tujuan dengan selamat ada banyak hal yang harus diperhatikan dan kita aplikasikan. Ketika menstart kendaraan dan melaju ke tempat

PASTI KHAIRUNNAS? (2)

Tadabbur oleh : cak Adi T.      Perbincangan mereka berempat berkembang ke berbagai aspek padahal tema yang dibicarakan siapa itu khairunnas.      "Kamu ngantuk, Bul? " tanya Gus Dolah kepada Kabul yang sejak tadi hanya diam .      "Mboten, Gus. Malah saya menunggu pendapat njenengan", jawab Kabul spontan.      "Berarti kamu ikhlas , karena ikhlas merupakan sumber energi yang sangat luar biasa ", gus Dolah memotivasi.  .....      Gus Dolah menyitir dawuh Kanjeng Nabi saw : "khairunnas anfa'uhum linnas", sebaik-baik manusia yang memberikan kemanfaatan bagi orang lain. Dalam riwayat lain, seorang Arab Badui bertanya "Ya Rasulallah! Man khairunnas? Beliau menjawab : "man thaala umuruhu wahasuna 'amaluhu", orang yang panjang umurnya dan baik perbuatannya.      "Begini! Secara tekstual atau sesuai teks, bahwa siapapun dia dan apapun agamanya, kalau dia memberikan kemanfaatan bagi orang lain dan perilakunya baik, ya

PASTI KHAIRUNNAS? (1)

Tadabbur oleh : cak Adi T.      Sinau kahanan yang terus dilakukan Gus Dolah bersama tiga shahibnya, Tarmin si Sarjana, Syukron dan Kabul bukan untuk menggurui . Justru untuk belajar empan-papan agar bisa menempatkan diri di titik keseimbangan . Fenomena yang terjadi, banyak orang kehilangan keseimbangan sehingga mengalami turbulensi dalam hidupnya. Antara akal dan hatinya tidak "nyambung", maka yang terjadi hilangnya kendali.      "Mbok jangan serius-serius amat, Bul! Mengko ndak tambah butak", ujar Tarmin menggoda .       "Iyo, Bul! rambutmu mbrondoli", Syukron menimpali.       "Yang serius itu kan kamu Kbron!" Kabul menjawab. Suasana malam itu semakin guyub. Mereka asyik dengan guyonan yang membuat mereka fresh untuk menerima tetesan ilmu dari Gus Dolah ........      "Gus! Saya pernah mendengar bahwa sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi orang lain dan adalagi, sebaik-baik manusia, yang panjang umurnya dan baik amalnya ", T

MUSLIMKAH AKU? (2)

Tadabbur oleh : cakTik      Suasana perbincangan mereka berempat kian bertambah serius. Tidak tampak Tarmin, Syukron dan Kabul, mereka mengantuk. Justru bersemangat menyimak apa yang dituturkan Gus Dolah.      "Sudah faham, Kron? " Gus Dolah mengagetkan Syukron yang lagi tenger-tenger berusaha memahami apa yang disampaikan Gus Dolah.      "Posisi kita di mana, Gus? " Syukron sontak bertanya.      "Kita ini sedang berproses untuk menjadi muslim di hadapan Allah swt. Hanya diri kita masing-masing yang bisa menilai dan merasakan, apakah kita ini muslim. Bukankah setiap yang kita lakukan dan amalkan, berharap Allah swt ridha? Artinya predikat muslim, hanya Allahlah yang menentukan, bukan manusia. Untuk lebih jelasnya, yang pertama kan menjadikan Islam sebagai cara hidup. Nah, sekarang yang kedua". Gus Dolah diam sesaat untuk menyeruput kopinya.     "Yang kedua apa Gus? " Tarmin sudah memahami apa yang disampaikan Gus Dolah.      "Yang ked

MUSLIMKAH AKU? (1)

Oleh : cakTik       Pertanyaan ini sebenarnya sudah lama tersimpan di hatinya dan akan ditanyakan kepada Gus Dolah. Entah mengapa pas lagi ngomong masalah lain menjadi sering lupa. Ini saat yang tepat untuk didiskusikan agar mendapat jawaban, paling tidak ada gambaran tentang minimal dirinya, di posisi yang tepat atau belum. Syukron bersungut-sungut menemui Gus Dolah .Kebetulan di situ ada Tarmin dan Kabul.      "Kamu sepertinya ada masalah yang serius, Kron ?Tanya Gus Dolah. Dua sahibnya , Tarmin dan Kabul ikut memandang mimik Syukron yang memang agak sedikit berbeda dari biasanya.    "Mboten, Gus! (tidak, Gus) , cuma memang ada pertanyaan yang sudah lama saya simpan ", jawab Syukron datar .      "Cepet, Kron, utarakan. Biar nggak nggrundel di hati. Engkok dadi penyakit!" Kabul menyambung.  Tarmin hanya menduga-duga, apa masalahnya? Kelihatannya kok serius banget. ..........     "Gus, apa saya ini sudah muslim? " Syukron mengawali pertanyaanny