MUSLIMKAH AKU? (2)

Tadabbur oleh : cakTik

     Suasana perbincangan mereka berempat kian bertambah serius. Tidak tampak Tarmin, Syukron dan Kabul, mereka mengantuk. Justru bersemangat menyimak apa yang dituturkan Gus Dolah.
     "Sudah faham, Kron? " Gus Dolah mengagetkan Syukron yang lagi tenger-tenger berusaha memahami apa yang disampaikan Gus Dolah.
     "Posisi kita di mana, Gus? " Syukron sontak bertanya.
     "Kita ini sedang berproses untuk menjadi muslim di hadapan Allah swt. Hanya diri kita masing-masing yang bisa menilai dan merasakan, apakah kita ini muslim. Bukankah setiap yang kita lakukan dan amalkan, berharap Allah swt ridha? Artinya predikat muslim, hanya Allahlah yang menentukan, bukan manusia. Untuk lebih jelasnya, yang pertama kan menjadikan Islam sebagai cara hidup. Nah, sekarang yang kedua". Gus Dolah diam sesaat untuk menyeruput kopinya.
    "Yang kedua apa Gus? " Tarmin sudah memahami apa yang disampaikan Gus Dolah.
     "Yang kedua ini penting, menjadikan Islam sebagai sistem nilai", sembari Gus Dolah melanjutkan. Kita mengenal Iman, Islam dan Ihsan, orangnya disebut mukmin, muslim dan muhsin. Ini jangan difahami secara parsial, tetapi satu kesatuan. Kalau seseorang mengaku islam, maka dia harus iman dan outputnya berbuat ihsan. Dengan kata lain kalau dia muslim maka harus mukmin sekaligus muhsin" Gus Dolah menghela nafas dan merubah posisi duduknya. "Kalau seseorang mengaku islam tetapi nggak iman, kan lucu! Lalu apa yang memotivasi menjalankan syariat agama? Apa hanya ujub, riya' atau kepentingan lain? Bisa jadi dia berbuat nifaq orangnya disebut munafiq. Sama seperti menjadi pemimpin, amanah, shidiq, tabligh dan fathanah merupakan satu kesatuan. Nggak boleh difahami secara parsial. Seorang pemimpin ya harus amanah yang di dalamnya ada shidiq , tabligh . Memegang amanah harus benar dalam mengelola kepemimpinannya sesuai aturan dan mekanisme yang ditetapkan dan harus tabligh, transparan, disampaikan kepada makmum, Makmur atau rakyat terutama urusan uang atau anggaran. Kalau tiga itu sudah berjalan, akan muncul fathanah, kecerdasan dalam menyelesaikan setiap persoalan atau akan muncul ide-ide atau gagasan baru yang membawa yang dipimpinnya menjadi dinamis. Sekarang bagaimana?
     "Untuk menjawab pertanyaan Syukron, posisi kita di mana? Sudahkah menempati "maqam muslim "? JawabJawabnya, semoga, mudah-mudahan, tetapi kita harus berada di titik shalat. Artinya kita berkomitmen "iyyaka na'budu" dan berposisi "ihdinas-shirathal mustaqim, dengan selalu mengasah fikir dengan mencari ilmu dan dzikir, selalu mengaitkan apa yang terjadi dengan kekuasaan Allah swt agar tidak maghdlub dan dlaallin "
(@wallahu a'lam)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAJULUN YAS'A ( رجل يشعي )

BELAJAR AL QUR'AN

LINGSEM DAN BANGKAI