PASTI KHAIRUNNAS? (1)

Tadabbur oleh : cak Adi T.

     Sinau kahanan yang terus dilakukan Gus Dolah bersama tiga shahibnya, Tarmin si Sarjana, Syukron dan Kabul bukan untuk menggurui . Justru untuk belajar empan-papan agar bisa menempatkan diri di titik keseimbangan . Fenomena yang terjadi, banyak orang kehilangan keseimbangan sehingga mengalami turbulensi dalam hidupnya. Antara akal dan hatinya tidak "nyambung", maka yang terjadi hilangnya kendali.
     "Mbok jangan serius-serius amat, Bul! Mengko ndak tambah butak", ujar Tarmin menggoda .
      "Iyo, Bul! rambutmu mbrondoli", Syukron menimpali.
      "Yang serius itu kan kamu Kbron!" Kabul menjawab. Suasana malam itu semakin guyub. Mereka asyik dengan guyonan yang membuat mereka fresh untuk menerima tetesan ilmu dari Gus Dolah
........
     "Gus! Saya pernah mendengar bahwa sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi orang lain dan adalagi, sebaik-baik manusia, yang panjang umurnya dan baik amalnya ", Tarmin melontarkan pertanyaan untuk mengawali pembicaraan.
    "Ya, benar! Itu dawuh Kanjeng Nabi saw . Terus apa yang dipersoalkan? ", gus Dolah menimpali.
    "Maksud saya begini, Gus! Siapa yang dimaksud khairunnas itu? Sebab di situ hanya disebut manusia, berarti kan bersifat umum. Siapapun dia, apapun agamanya, kalau memberikan kemanfaatan bagi orang lain dan baik perbuatannya maka dia termasuk khairunnas. Apa begitu, Gus? ", Tarmin menguraikan dengan sangat logis. Memang, kalau dinalar sepertinya sangat masuk akal. Banyak orang yang beragama "islam" tetapi perilakunya tidak terpuji, malah menyusahkan orang lain. Banyak para pejabat yang korupsi dan masuk bui, mereka berKTP islam. Sementara ada orang yang bukan islam, tetapi baik perilakunya bahkan memberikan kemanfaatan bagi orang lain. Apa benar yang dimaksud khairunnas semua manusia tanpa memandang siapapun mereka.
     Gus Dolah menghela nafas dalam-dalam, matanya memandang sedikit ke atas, seperti ada yang bergejolak di hatinya. Terkadang orang hanya melihat dari sisi zhahirnya, tanpa melihat dari aspek yang lain sehingga begitu mudahnya men-stigma dengan berbagai sebutan hanya karena atribut luarnya. Allah swt menciptakan manusia atas sebuah sistem di dalamnya. Ada fisik, akal dan hati, yang kesemuanya saling terkait satu dengan yang lain. Artinya bahwa apa yang dilakukan secara fisik, yang nampak kepermukaan sangat terkait dengan akal hatinya. Inilah yang perlu digali dari berbagai sisi, paling tidak simpul yang didapat mendekati akurat meskipun tidak "titis" benar.
     "Begini, Min ! Silahkan kamu berpendapat begitu. Artinya akalmu hidup , rasionalitasmu berjalan. Aku juga mempunyai pendapat, terlepas kalian setuju atau tidak , itu hak kalian".
     "Tapi, Gus, selama ini kita bertiga banyak belajar dari njenengan " Syukron menyela .
     "Ya ndak begitu! Selain Kanjeng Nabi saw kemungkinan salah itu besar, lhawong Imam Madzhab yang empat itu diakhir karyanya , beliau berpesan yang intinya, jika sesuai Al Qur'an dan As Sunnah pakailah, jika tidak, tinggalkan , apalagi aku ini". Gus Dolah mengajak tiga shahihnya ini berfikir kritis, jangan asal telan saja.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAJULUN YAS'A ( رجل يشعي )

BELAJAR AL QUR'AN

LINGSEM DAN BANGKAI