Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

KEMBALI BERKORBAN, MENCARI KURBAN ATAU DIKURBANKAN?

     Iedul adha yang disebut juga iedul qurban yaitu "yauma yudhahinnas", hari manusia kembali melakukan penyembelihan binatang qurban. Ada nuansa kegembiraan di hari itu. Setidaknya ada menu yang lebih enak bagi orang yang papa. Jangankan makan daging, tahu sama tempe saja jarang ketemu . Bagi para aghniya' ada satu kebahagiaan bisa berbagi dengan para dhuafa.     Saya tidak sedang berbicara tentang teknis atau syariat tentang iedul adha yang setiap tahun dilaksanakan. Tetapi bagaimana mengadopsi nilai dari setiap perintah yang disyariatkan. Bukan hanya iedul adha saja, tetapi semua yang diperintahkan secara syar'i oleh Allah swt melalui kekasihNya Rasulullah Muhammad saw pasti ada nilai dan hikmah yang dalam. Hikmah itulah buah dari keyakinan tentang kebenaran yang apabila dijabarkan akan berbuah perbaikan dan orang-orangnya disebut muhsinin . Inilah sebenarnya Allah swt mengutus Rasul-rasulNya agar manusia memiliki sikap dan perilaku yang baik. "Innama buitst

DILEMA

Oleh : cak Tik      Gus Dolah dihadapkan pilihan yang sulit. Setelah melihat dan mendengar kata demi kata, kalimat demi kalimat dari pak MD dengan suara agak bergetar. Beliau menyampaikan apa adanya, apa yang beliau alami dan yakin tidak ada kepentingan apapun. Sebuah fakta yang mengukir sejarah peradaban NKRI. Gus Dolah menarik nafas panjang dan dalam. Akal dan hatinya terguncang melihat realitas politik yang begitu kotor dan rusaknya. Ambisi dan haus kekuasaan yang menafikan nilai-nilai  moral dan keadaban untuk meraih kemenangan.     "Hmmm, baldatun thayyibatun warabbun ghafur, sebuah hayalan bukan impian " gus Dolah mendesah. Agama hanya dijadikan alat, umat dijadikan objek penderita yang selalu sengsara. Kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan hanya sekedar slogan dan Indah di atas kertas tetapi keserakahan dan kerakusan adalah realitas. "Ya, Rabb! Apapun yang sedang dan akan terjadi, semua dalam genggaman kekuasaanMu. Di tanganMu segala kebaikan", gus Dolah

HAJI DAN ABDULLAH (2)

Oleh : cak Tik      Untuk tetap menjadi manusia yang selalu wukuf, "innalillahi wa inna lillahi raji'un ", secara kontekstual dan konsisten butuh perjuangan yang sangat berat . Manusia harus melakukan jumrah secara terus menerus untuk melawan dorongan nafsu yang cenderung melalaikan dari khittah sebagai manusia. Disinilah letak perjuangan manusia agar "ilaihi raji'un".      Tak satupun manusia yang tidak takut kehilangan sesuatu yang dicintainya. Istri, anak,  harta, kedudukan dan masih banyak lagi yang memikat hati. Kecintaan yang berlebihan akan berakibat fatal. Bukan cinta yang melahirkan kasih sayang tetapi malah menjadikan rakus dan serakah. Setiap detik selalu datang menyelinap ke hati manusia untuk berbuat aniaya dengan ditampakkan kesenangan seolah abadi. Itulah bisikan syetan yang berusaha menjatuhkan dalam kezhaliman. Manusia harus mampu melakukan jumrah untuk mengusirnya. Agar tetap terjaga hati dan jiwa tetap fokus pada tujuan sejatinya bertem

HAJJI DAN ABDULLAH

Oleh : Cak Tik      Tiap tahun jumlah "muslim" Indonesia yang berhaji terus meningkat. Terlepas dari latar belakang apa yang mendorong untuk memenuhi panggilan Allah swt, artinya bahwa orang yang memiliki kemampuan untuk berhaji terus naik dari tahun ke tahun. Kalau dianalogikan bahwa berhaji itu sebuah proses manusia menjadi hamba Allah (Abdullah)  maka sudah berapa juta Abdullah yang ada di negeri ini siapapun dia dan apapun status dan latar belakangnya. Tentu kalau dia pejabat pastilah dia akan memegang amanah itu dengan hati-hati dan akan membawa kemaslahatan bagi manusia dan alam karena terbimbing menjadi khalifah fil ardhi. Akan tetapi realitas tak kunjung negara yang berkonsensus untuk mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Malah kerakusan yang berimplikasi terhadap kerusakan. Korupsi sudah semakin akut bahkan menjadi proyek pengadilan.      Lalu apa yang disandang setelah pulang dari Tanah Suci? Apakah sekedar simbol "H" di depan namanya, agar