KEMBALI BERKORBAN, MENCARI KURBAN ATAU DIKURBANKAN?

     Iedul adha yang disebut juga iedul qurban yaitu "yauma yudhahinnas", hari manusia kembali melakukan penyembelihan binatang qurban. Ada nuansa kegembiraan di hari itu. Setidaknya ada menu yang lebih enak bagi orang yang papa. Jangankan makan daging, tahu sama tempe saja jarang ketemu . Bagi para aghniya' ada satu kebahagiaan bisa berbagi dengan para dhuafa.
    Saya tidak sedang berbicara tentang teknis atau syariat tentang iedul adha yang setiap tahun dilaksanakan. Tetapi bagaimana mengadopsi nilai dari setiap perintah yang disyariatkan. Bukan hanya iedul adha saja, tetapi semua yang diperintahkan secara syar'i oleh Allah swt melalui kekasihNya Rasulullah Muhammad saw pasti ada nilai dan hikmah yang dalam. Hikmah itulah buah dari keyakinan tentang kebenaran yang apabila dijabarkan akan berbuah perbaikan dan orang-orangnya disebut muhsinin . Inilah sebenarnya Allah swt mengutus Rasul-rasulNya agar manusia memiliki sikap dan perilaku yang baik. "Innama buitstu liutammima ma karimal akhlaq".
     Kata "kurban" berkonotasi sedih ,sengsara dan hal lain yang bersifat tidak mengenakkan atau objek yang terzalimi . Sama halnya dengan binatang yang disembelih, paradigma orang Indonesia adalah binatang yang dijadikan kurban. Itulah sebabnya disebut iedul qurban. Padahal Allah swt menciptakan binatang untuk manusia. Yang dihalalkan untuk dimakan, ya disembelih dengan cara yang syar'i dan itu bukan mendzalimi atau menjadikannya sebagai kurban. Kalau toh perintah menyembelih hewan qurban bagi yang mampu atau dengan patungan itu lebih pada tujuan sosial dengan saling berbagi dan yang lebih utama lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Qaraba-yaqrabu-qurbanQaraba-yaqrabu-qurban yang bermakna dekat, mendekat .
    Dalam konteks kehidupan sosial sampai bernegara ada orang-orang yang rela berkorban demi tujuan yang mulia. Ada juga mereka yang justru mencari korban demi ambisinya . Berbagai macam cara ditempuh untuk meraih kekuasaan. Lain yang menjadi korban, mereka malah menikmati menjadi korban karena pembodohan sistematis telah dirancang untuk membangun mindset mereka. Inilah fenomena yang terjadi hingga 73 tahun bernegara tak kunjung merdeka.
   

 
   
   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAJULUN YAS'A ( رجل يشعي )

BELAJAR AL QUR'AN

LINGSEM DAN BANGKAI