INSTROPEKSI DAN EVALUASI DIRI

 


Gus Dolah 

     Hidup ini pasti dihadapkan situasi dan kondisi yang disebut masa atau waktu. Apapun yang sedang terjadi dan kita hadapi saat ini adalah buah dari masa lalu dan apa yang akan terjadi dan yang akan kita rasakan nanti adalah buah dari masa kini atau apa yang kita tanam hari ini. Sedemikian pentingnya "masa" sehingga Allah swt mengingatkan dengan sumpahNya. Demi Masa, sungguh manusia dalam kerugian ". Itu artinya jika manusia tidak mau atau abai, tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya maka dapat dipastikan akan merugi dan menuai penyesalan dan kekecewaan yang akan dibawa menghadap Rabb-nya. 

     Dari sedikit gambaran di atas, maka instropeksi dan evaluasi terhadap apa yang sudah dilakukan adalah merupakan keniscayaan. Sejalan dengan Firman Allah, 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِۢمَا تَعْمَلُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan."

(QS. Al-Hasyr 59: Ayat 18)

Hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang sudah dilakukan mengacu kepada keimanan dan implementasi dari keimanan itu, karena yang diseru untuk melakukan evaluasi adalah orang yang beriman atau mukmin. Maka jika menyimpang dari tuntutan keimanan yakni takwallah, maka segera kembali ke jalan takwa. Allah swt akan meliput setiap apa yang dilakukan dan semua akan kembali kepadanya sebagai buah dari apa yang telah dikerjakan hari ini. 

     Kata "nafsun" jika merujuk S. As-Syams : 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰٮهَا ۖ 

"demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya,"

فَاَ لْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا ۖ 

"maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,"

(QS. Asy-Syams 91: Ayat 7-8)

Merujuk pada S. Asy-Syams di atas, maka hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuat selama hidup sampai detik ini? Jiwa yang mendorong adanya realitas kehidupan yang sedang kita jalani memiliki dua potensi keburukan (fujur)  atau jalan nafsu dan kebaikan (takwa) atau jalan menuju Allah? Hanya masing-masing diri dan jiwa kita yang tahu apa yang sudah kita lakukan dan mau di kemanakan diri dan jiwa kita. 

Itulah sebabnya kita harus pandai dan cerdas dalam memanfaatkan waktu dan potensi yang telah Allah swt berikan kepada kita. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan."

(QS. Al-Qasas 28: Ayat 77).

Itu artinya bahwa semua potensi yang kita miliki dan merupakan karunia Allah harus kita investasikan untuk kebahagiaan akherat, bukan sebaliknya hanya untuk mencari kesenangan sesaat, namun bukan berarti mengabaikan kehidupan dunia. 

Orang yang berjalan di atas kebaikan dia pasti jujur dan amanah ketika menjadi apapun dan siapapun, karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa kepada kebahagiaan (surga) sebagaimana sabda rasulullah saw :

عليكم باالصدق فان الصدق يهدي إلى البر فان البر يهدي إلى الجنة (رواه مسلم

"Hendaklah kalian jujur maka sesungguhnya jujur akan menuntun kepada kebaikan dan kebaikan menuntun kepada surga " (HR. Muslim) 

Itulah yang dimaksud berbuat baik sebagaimana Allah swt telah berbuat baik kepada kita. 

     Sebaliknya orang yang berbuat kerusakan di bumi ketika jiwanya mendorong untuk melakukan keburukan. Apa bentuk keburukan yang yang dilakukan? Yakni kebohongan dan tidak amanah. Orang yang melakukan kebohongan dan tidak amanah ketika menjadi apapun itu pasti akan membuat kerusakan dan kehancuran termasuk dirinya sendiri. Oleh karenanya Allah mengingatkan, janganlah berbuat kerusakan dan Allah tidak menyukai orang-orangnya yang berbuat kerusakan. Rasulullah saw juga menegaskan :

واياكم والكذب، قان الكذب يهدي إلى الفجور فان الفجور يهدي إلى النار. 

"Dan hindarilah kedustaan sesungguhnya kedustaan akan menuntunmu kepada keburukan dan keburukan akan menuntunmu kepada neraka " (HR. Bukhari -Muslim) 

14/1/21.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAJULUN YAS'A ( رجل يشعي )

BELAJAR AL QUR'AN

LINGSEM DAN BANGKAI