PERUBAHAN? MENGAPA TIDAK?

TADABBUR oleh : Tikno Adi

13.Ar-Ra'd : 11

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Surat Ar Ra’du : 11,terutama bagian tengah sering dijadikan motivasi untuk membangkitkan semangat umat Islam agar nelakukan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. “....Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...”. Tetapi sampai saat ini perubahan tak kunjung menadi kenyataan, justru dari waktu ke waktu seiring perjalanan tahun kondisi umat Islam malah bertambah terpuruk. Kondisi sosial, ekonomi, politik dan hukum umat muslim menjadi kelompok marginal. Mereka terzhalimi. Indonesia yang mayoritas beragama Islam tidak memiliki kedaulatan di negerinya sendiri.
Kalau berbicara Islam sebagai agama penyelamat, penyejahtera dan rahmat bagi seluruh alam tentu tidak sesederhana yang sering diucapkan dan menjadi slogan. Apalagi untuk menggapai “Izzul Islam wal Muslimin” tentu membutuhkan perjuangan dan keistiqamahan dalam memperjuangkannya. Terpecah belahnya umat Islam di negeri ini merupakan persoalan lain yang ke depannya harus dicarikan solusi, tapi untuk jangka pendek, skala prioritas yang butuh segera dilakukan upaya perubahan. Perubahan mendasar yang harus dilakukan adalah mindset dan cara berfikir agar tidak terjebak pada persoalan-persoalan “furu”(cabang)  dan meninggalkan persoalan “ushul” (pokok)
            Berangkat dari Firman Allah S. Ar Ra’du : 11 ada hal yang mendasar yang kita lakukan jika hendak melakukan perubahan, yakni Memaksimalkan Penjagaan Malaikat.

"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikuti bergiliran, di muka dan di belakang, mereka menjaganya atas perintah Allah,...... "

Mungkin kita bertanya, bagaimana memaksimalkan penjagaan Malaikat? Jika ada pertanyaan seperti itu,maka ketika Allah berfirman dalam S. Al A’raf : 7

ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

kemudian saya (Iblis) akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)"

kita juga harus mempertanyakan , bagaimana Iblis mendatangi dan menggoda agar kita tidak bersyukur (taat)?. Dari sini saja sudah terbesit di hati kita sebuah jawaban bagaimana terjadi kontradiktif antara benar-salah, baik-buruk, mulia-hina yang merupakan manifestasi perseteruan antara Malaikat dan Iblis dalam diri setiap manusia. Pada gilirannya apakah manusia mengikuti Malaikat atau Iblis, dan tercermin dari sikap dan perilakunya, semua berpulang kepada masing-masing individu. Hati yang ditanamkan keimananlah yang menentukan dia baik atau buruk, mulia atau hina.
            Untuk menambah refrensi dalam men”tadabbur”i untuk mengelaborasi Ar Ra’du : 11 dalam memaknai “Mu’aqqibaatun” (penjagaan Malaikat), secara etimologi bahasa berasal dari “aqaba – ya’qubu – ‘aqbaan” = mengiringi, mengikuti. “aqqaba ‘alaih” = menerangkan kesalahannya, “a’qabal amru”= baik akibat perkerjaan itu. Dari beberapa penjelasan makna di atas, dapat kita tarik benang merah antara tekstual ayat dengan kontekstual kehidupan kita sehari-hari. Setiap individu muslim haruslah melihat masa depan dengan penuh optimisme. Pada saat yang sama bahwa untuk meraih masa depan yang lebih baik “Akhiratil Hasasah” maka harus terus mengevaluasi diri dengan belajar dari kesalahan masa lalu. Fasilitas akal yang merupakan karunia terbesar dan merupakan keutamaan manusia yang diberikan oleh Allah swt., hendaklah benar-benar dimaksimalkan untuk merencanakan, mengolah, mergulasi yang terbaik untuk sesuatu yang akan kita lakukan baik secara personal atau komunal, sendiri atau berjama’ah.
            Ketika setiap individu muslim pada presisi yang benar dalam menyikapi setiap persoalan mengapa kondisi umat Islam yang mayoritas di negeri ini, apa yang menjadi penyebab perpecahan baik antar individu maupun kelompok “seolah” sulit untuk dipersatukan? Dengan mempelajari dan mengelaborasi delik-delik permasalahan yang selama ini menjadi sebab terpuruknya umat Islam, maka kita akan dapat mengambil kesimpulan bahwa kondisi umat Islam saat ini merupakan akibat dari kesalahan masa lalu, apakah berupa kebijakan, kepentingan kelompok atau memang ada upaya secara sistematis untuk menghancurkan umat Islam di negeri ini diberbagai aspek, ekonomi, sosial, politik dsb., sehingga umat Islam tidak memiliki kedaulatan di negerinya sendiri. Malah menjadi pembantu di rumahnya sendiri. Kondisi umat Islam saat ini yang terjadi merupakan manifestasi dari penghujung ayat, S. Ar Ra’du : 11, “...... dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain DiaSiapa lagi yang memperbaiki, merubah keadaan, keterpurukan kalau bukan diri kita sendiri.
            Sudah saatnya Umat Islam bangkit dari keterpurukan. Menentukan keadaannya (nasib) sendiri. “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,....”, dengan melakukan perubahan mindset, cara pandang sehingga mengetahui posisi, presisi yang tepat dalam menentukan sikap untuk bergerak melangkah ke depan untuk meraih harapan “Izzul Islam wal Muslimin”. Menyatukan persepsi dalam membangun visi dan misi untuk menyambut seruan “Hayya ‘alal – Falah”, mari kita raih kemenangan.

            Sebagai penutup, hari ini merupakan akibat dari kemarin, esok merupakan akibat hari ini, kelak di Akhirat baik atau buruk, mulia atau hina, Surga atau Neraka adalah akibat dari akumulasi semua yang kita tanam ketika di dunia. “Ad-Dunya Mazra’atul Akhirah”. Semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAJULUN YAS'A ( رجل يشعي )

BELAJAR AL QUR'AN

LINGSEM DAN BANGKAI